Liga Indonesia kembali menjadi sorotan dunia setelah insiden kekerasan yang terjadi dalam pertandingan Liga 2 antara Persela Lamongan dan Persijap Jepara. Di tengah tensi pertandingan, suporter tuan rumah melakukan kerusuhan yang berujung pada kerusakan stadion, saat tim mereka kalah. Kejadian ini menambah daftar panjang insiden negatif yang mencoreng citra kompetisi sepak bola di tanah air.
Pelatih timnas Indonesia, Patrick Kluivert, dan mantan pemain Radja Nainggolan mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap situasi ini. Kluivert menyatakan keheranannya, “Kok malah gini?” menyoroti bahwa meski tim nasional menunjukkan kemajuan, kualitas sumber daya manusia (SDM) di liga lokal masih jauh dari harapan. Sementara itu, Nainggolan menilai liga ini “ngeri” dengan banyaknya insiden kekerasan dan kurangnya profesionalisme.
Dalam beberapa tahun terakhir, Liga Indonesia memang sering kali dikaitkan dengan perilaku suporter yang anarkis dan keputusan wasit yang kontroversial. Insiden kerusuhan di stadion menjadi isu yang tak kunjung usai, di mana suporter sering kali tidak bisa menerima kekalahan dengan lapang dada. Hal ini semakin diperparah dengan kualitas permainan yang masih minim taktik, di mana banyak pemain cenderung mengandalkan kekuatan fisik.
Faris Jurinal, presiden klub Persela, mengungkapkan bahwa tindakan suporter merupakan ekspresi kekecewaan. Namun, dia menegaskan pentingnya menjaga sportivitas, karena kerusakan yang terjadi akan berujung pada sanksi bagi klub. Dengan sorotan internasional yang meningkat, termasuk pengawasan dari FIFA, Liga Indonesia harus segera berbenah. Masyarakat sepak bola di Indonesia perlu menyadari bahwa kekerasan tidak dapat menyelesaikan masalah dan hanya akan menambah beban bagi dunia sepak bola nasional.
Dalam konteks timnas yang saat ini berpeluang tampil di Piala Dunia, pembenahan dalam liga lokal menjadi sangat krusial. Semua pihak, baik pemain, suporter, maupun pengurus liga, diharapkan lebih fokus pada pengembangan kualitas dan profesionalisme, agar sepak bola Indonesia dapat bersaing di kancah internasional tanpa menimbulkan masalah yang merugikan.