Pelatih baru tim nasional Indonesia, Patrick Clancy, menunjukkan perhatian besar terhadap kondisi sepak bola Tanah Air. Ia berkomitmen untuk mengamati setiap pertandingan di Liga 1, terutama yang melibatkan pemain timnas. Salah satu laga yang sangat dinantikan adalah El Clasico Indonesia antara Persija Jakarta dan Persib Bandung. Pertandingan ini tidak hanya dikenal sebagai ajang adu taktik, tetapi juga menghadirkan atmosfer yang mendebarkan, bahkan sering kali dianggap lebih mirip peperangan ketimbang olahraga.
Kedatangan tim tamu, Persib, menggunakan kendaraan taktis (rantis) sebagai langkah pengamanan, menandakan betapa tingginya tensi dalam laga ini. Keriuhan di luar stadion pun tidak bisa dihindari, di mana kerusuhan terjadi akibat ketegangan antara suporter kedua tim. Meskipun banyak suporter sudah berusaha untuk berpikir dewasa, tetap saja ada saja yang terjebak dalam situasi emosional.
Sementara itu, di sisi tim U20, pemain muda Raven mengungkapkan kekecewaannya setelah kekalahan 3-1 dari Uzbekistan di Piala Asia. Ia merasa banyak masalah yang mengganggu performa tim, dan dirinya terpaksa mengambil posisi berbeda untuk mendapatkan bola lebih banyak. Raven menegaskan bahwa kekalahan ini harus dijadikan pelajaran berharga bagi tim, dan mereka harus melakukan pemulihan untuk pertandingan selanjutnya.
Clancy dan jajaran pelatih lainnya diharapkan bisa mengambil hikmah dari situasi yang dihadapi, baik di Liga 1 maupun di kompetisi internasional. Ada harapan agar PSSI mengambil langkah tegas dalam menangani kerusuhan di pertandingan serta menilai kinerja pelatih tim U20. Di tengah tantangan yang ada, penting bagi pemain muda untuk terus berusaha dan tidak menyerah, serta menjadikan kegagalan sebagai motivasi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi di masa depan.